![]() |
Acara Bolimau |
1. Berlimau Adat Nikah Kawin
2. Berlimau Adat Cukur Rambut
3. Berlimau Adat Sunat Rasul/ Khitanan
4. Berlimau dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Sebelurm menguraikan tentang perlimauan menurut adat ini, yang perlu penulis tegaskan bahwa seluruh bahasa yang terkandung adalah betul-betul urutan adat dan pelaksaannnya di Luhak Kepenuhan.
Sehingga didapatkan benang merah untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Dalam bahasa Melayu Riau berlimau ini sama dengan Tepung tawar dan di Luhak Kepenuhan dinamakan dengan Bolimau. Adapun alat perlengkapan dalam perlimauan tersebut adalah dari Tepung Beras atau topong boreh (bahasa Kepenuhannya) yang telah diwarnai dengan lima warna secara terpisah. Adapun kelima warna tersebut adalah : warna hitam,warna kuning, warna putih, warna merah dan warna hijau. Masing-masing warna ini juga memiliki makna dan keterwakilan dalam adat luhak Kepenuhan, yaitu:
Pertama:
Warna hitam melambangkan warna Persukuan di Luhak Kepenuhan yaitu Suku Nan Tujuh, mereka adalah Suku Melayu, Suku Moniliang, suku Kandang Kopuh, Suku Puugkuik, suku Mais, Suku Kuti dan Suku Ampu. Keterwakilan lambang warna ini adalah mereka juga akan diberi kesempatan untuk memberikan perlimauan atau tepung tawar.
Kedua
Warna kuning, Melambangkan warna Keluarga Bangsawan atau Tigo Piak, mereka ini adalah Suku Bangsawan, Suku Anak Raja-raja dan Suku Nan soatuih, malahan dalam pelaksanaan perlimauan urutan pertama adalah dan keluarga bangsawan ini.
Ketiga
Warna Putih, melambangkan warna Alim Ulama dan cerdik pandai, ini biasanya diwakili dari Imam nan Ompek, mereka ini adalah Imam Saih, Imam Majo, Imam Zainuddin dan Imam Jelano.
Keempat
Warna Merah melambangkan Hulabalang nan ompek mereka adalah Johan Palawan, Majo Sonao, Paduko Samo dan Majo Samo.
Kelima
Warna Hijau, melambangkan perwakilan dari Camat, Lurah, Kepala desa dan elemen masyarakat lainnya.
Inilah kelima warna yang dimaksud, kemudian dilengkapi dengan air limau. Prosesi perlimauan ini terlihat dalam beberapa tata cara dibawah ini.
1. Berlimau Adat Nikah Kawin
Berlimau Adat Nikah Kawin di Luhak Kepenuhan dilakukan pada saat mempelai laki-laki sampai ke halaman rumah perempuan dengan melewati beberapa agenda acara seremonial. Setelah acara tersebut selesai maka dengan panduan protokoler acara memberikan kesempatan kepada
1. Perangkat Pemerintah, mulai dari camat, Lurah, Kepala Desa atau yang mewakili hadir pada acara tersebut beserta ibu (Istri).
2. Mamak atau Induk nan Sepuluh secara berurutan didampingi oleh Ibu (Istri).
a. Mamak dari Suku Bangwasan
b. Mamak dari Suku Anak Raja-raja
c. Mamak dari Suku Nan Soatuih
d. Mamak dari Suku Melayu
e. Mamak dari Suku Moniliang
f. Mamak dari Suku Pungkuik
g. Mamak dari Suku Kandang Kopuh
h. Mamak dari Suku Mais
i. Mamak dari Suku Kuti
j. Mamak dari Suku Ampu
3. Orang Tua dan Kedua Mempelai
4. Alim Ulama (Imam nan Ompek)
Mereka inilah menurut adat Luhak Kepenuhan yang memberikan perlimauan kepada Kedua mempelai. Pada poin 2, mamak-mamak adat memberikan perlimaun adalah seluruh Induk dalam suku dan mereka hadir pada acara perlimauan, sehingga mamak dari yang mengadakan perhelatan harus jeli melihat dan mendata secara tak langsung induk-induk atau mamak adat yang hadir.
Tentu menjadi pertanyaan, dimana posisi datuk-datuk Adat pada cara perlimaun, dan apakah mereka juga ikut memberikan perlirmauan pada kedua mempelai. Dalam Adat sudah memberikan suatu keputusan tentang datuk-datuk ini, yaitu mereka adalah sebagai tamu pada acara perlimauan dan orang yang dituakan di adat juga pada acara yang dimaksud.
2. Berlimau Adat Cukur Rambut
Berlimau Adat Cukur Rambut, diilaksanakan ketika induk dan anak yang dicukur untuk pertama kalinya di Cukua olah mamak pada acara Moncukua, dan seterusnya diikuti oleh para tamu undangan yang hadir pada acara cukur Rambut.
Tata cara moncukua tersebut adalah:
a. Mamak yang dimaksud mengambil air limuan yang telah disediakan, mengusap-usapkan ke seluruh rambut anak tersebut.
b. Mengambil gunting untuk menggunting beberapa rambut si anak
c. Mengambil air limau kembali untuk diusap-usapkan sebagai tanda perlimaun telah usai.
Hal ini dilanjutkan oleh para tamu undangan sebagai mana tata cara adat tersebut, dan dari hasil pengamatan langsung dan mengikuti acara, terlihat juga cara-cara lain dalam memberikan perlimaun, diantaranya:
a. Cukup membaca selawat nabi Muhammad, bersamaan dengan mengusap-usapkan kepala si anak
b. Hanya menggunting rambut sianak saja
c. Hanya menggunakan air limau, kemudian diusap-usapkan ke kepala si anak.
d. Diakhir dari perlimauan, biasanya para tamu undangan memberikan buah tangan ala kadar pada tempat yang telah disediakan didekat sianak.
Sebenarnya banyak rangkaian acara yang dilaksanakan dalam rangka moncukua, namun pada intinya adalah pada tata cara moncukua itulah yang di Adatkan.
3. Berlimau Adat Sunat Rasul/Khitanan
Berlimau Adat Sunat Rasul, dilaksanakan menurut adat adalah
a. Anak (Laki-laki) yang akan di khitan, dibawa keliling kampung dihibur dengan musik rebana atau qosidah, juga diikuti oleh undangan dan masyarakat yang hadir pada acara khitanan.
b. Setelah keliling kampung maka sianak diperlakukan sebagai pengantin “tanpa pasangan”, sebagaimana dilaksanakan pada acara Adat Nikah Kawin.
c. Perlimauan tetap dimulai dari suku nan sepuluh berdasarkan urutan.
Setelah beberapa item acara selesai, maka sianak dibawa untuk Kayie Bolimau (mandi berendam disungai), hal hanya dilaksanakan pada zaman dahulu. Karena zaman dahulu tidak ada namanya Dokter atau mantri sebagaimana yang ada sekarang, yang ada adalah dukun kampung atau orang pandai untuk melaksanakan acara khitanan.
4. Berlimau pada Menyambut Bulan Suci Ramadhan.
Berlimau atau bolimau di Kepenuhan adalah suatu tradisi yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat daerah ini karena suatu kepercayaan oleh mereka bahwa ada sesuatu kekuatan diluar jangkauan fikiran manusia untuk mengetahuinya, namun tidak dapat dipungkiri dengan melaksanakan boliman mi mereka akan mampu dan sanggup menunaikan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh.
Boleh dikatakan bahwa balimau ini adalah tradisi dari Adat Luhak Kepenuhan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Pelaksanaan dari tradisi mi biasanya dilaksanakan dua han menjelang masuknya bulan suci Ramadhan, hari pertama dirayakan secara adat Kepenuhan. Dalam hal ini seluruh suku yang ada bersatu untuk melaksanakannya, sedangkan hari kedua dilaksanakan pada tingkat mamak masing-masing suku.
Masyarakat Kepenuhan mayoritas memeluk agama Islam, merupakan suatu komunitas yang yakin dan percaya bahwa dengan akan memasuki bulan suci Ramadhan maka segala scsuatunya harus disucikan baik lahir maupun bathin, yang lahir dapat diumpamakan saling memberi maaf satu dengan yang lain tanpa kecuali, karena dengan mi hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya menjadi satu persaudaraan, sehingga pada waktu pelaksanaan puasa tidak ada sengketa dan tidak ada rasa berdosa, sehingga pelaksanaan ibadah puasa dapat dilaksanakan dengan iman dan ikhlas, karena tujuan akhir dan ibadah puasa adalah untuk mencapai derajat taqwa.
Sedangkan dengan cara bathin adalah terhindar dari rasa curiga, sifat saling mencurigai, berburuk sangka atau suatu perbuatan yang merusak arti ibadah puasa. Dengan pelakasanaan bolimau ini, maka masyarakat daerah ini dibimbing oleh datuk-datuk, mamak kepada anak kemanakan akan segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan ibadah puasa, ditambah lagi oleh alim ulama dan cerdik pandai memberikan pesaa-pesan keagamaan akan hal ibadah puasa sebagai mana yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad SAW.
Karena adat merupakan suatu aturan yang tidak tertulis maka pelaksanaan bolimau ini ada tiga cara:
1. Bolimau Bosamo
Pada pelaksanaan ini seluruh anak kemenakan dalam suku nan sepuluh hadir di balai adat untuk melaksanakan bolimau. Biasanya di pimpin oleh Lembaga kerepatan Adat Luhak Kepenuhan atau yang dituakan dalam adat untuk memulainya seperti dari ompek bosa dibalai yang dipimpin langsung oleh Datuk Bendahara Sakti kemudian diikuti oleh suku yang lain yang dipimpin oleh pucuknya masing-masing.
2. Bolimau dengan Ninik Mamak.
Seperti yang telah diuraikan pelaksanaan ini dilaksanakan pada hari kedua menjelang bulan suci Ramadhan. Bolimau pada pelaksanaan ini langsung dipimpin oleh ninik mamak masing-masing dengan terlebih dahulu diberi nasehat dan wejangan agar supaya anak kemenakan paham arti sebuah bolimau menurut adat dan paham akan arti ibadah yang akan dilaksanakan.
Menurut penulis pelaksanaan bolimau disini terkesan lebih khitad dan memiliki kekuatan yang dapat memancing suatu rasa kehauran yang mendalam dari pelaksanaan bolimau.
3. Bolimau Secara Umum.
Maksudnya disini adalah adanya suatu kebebasan menurut adat untuk pelaksanaan bolimau boleh dengan siapa saja, namun disini biasanya dilakukan oleh anak-anak, karena amat senang dan gembiranya mereka dalam menyambut bulan suci Ramadhan, sampai-sampai seluruh badan mereka penuh dengan warna warni perlimauan tersebut. Mereka saling menyapa satu sama lain bahwa mereka akan mampu melaksanakan ibadah puasa ramdhan secara penuh, itu ucapan yang menenangkan hati orang tua.
Disamping itu adapula sebagian masyarakat yang menyediakan alat-alat perlimauan dirumah masing-masing, biasanya disediakan untuk keluarga mereka masing-masing. Bolimau disini hanya khusus dilakukan keluarga yang bersangkutan, sehingga terjalin suatu hubungan harmonis yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, namun hanya dapat dijawab dengan suatu rasa keharuan yang mendalam, sehingga mendatangkan tetesan air mata tanpa sadar. Disinilah letak kenikmatan dan pelaksanaan berlimau mi. Ada suatu ungkapan perasaan yang paling mendalam akan suatu keharuan yang tiada tara dalam pelaksanaan berlimau.
Sebelum melaksanakan acara tersebut diatas, menurut adat daerah ini diringi dengan acara adat yang lain yaitu:
1. Pemberian wejangan kepada anak kemanakan
2. Penaikan tunggul-tanggul adat sebagai pertanda keikutsertaan dari seluruh suku nan sepuluh.
3. Membunyikan lelo kuno sebagai petanda akan dimulainya suatu babak baru dalam pelaksanan adat.
Diringi dengan kesenian daerah, biasanya dilaksanakan dengan demo pencak silat oleh perguruan-perguruan yang ada di Luhak Kepenuhan sebagai petanda rasa kebanggaan akan kedatangan bulan suci ramadhan. Setelah itu mulai dilaksanakan acara berlimau tersebut.