Permainan Patuk Lele/Foto: Int |
Bahan:
Dari kayu yang kuat seperti, Kayu kompeh, kayu Kulim dan lain sebaginya. Gasiang dibuat oleh mereka yang betul faham dan mengerti, karena tidak semua orang mampu untuk membuat, bentuk dari Gasiang ini ada yang berbentuk lonjong, bulat, setengah bulat, tergantung dari pembuat. Untuk dapat bertahan lama (Ugai) untuk diputarkan dengan menggunakan tali, maka ditambah dengan paku atau jarum jenis tertentu.
Jumlah dalam Permainan:
Bisa dimainkan secara perorangan (Satu lawan satu) maupun beregu (2 sampai 5 orang satu tim). Permainan ini dimainkan oleh anak lelaki dan bahkan orang dewasa dan malahan sangkin tagihnya dimainkan oleh orang dewasa yang sudah beristri.
Cara permainan:
Untuk mendapatkan putaran yang lama maka oleh pemain mencari tempat yang agak keras, biasanya di atas tanah (lebih bagus tanah Liat ). Untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemukul (Meninggkah) dan siapa yang kena Pukul (ditingkah) duluan, kedua pihak dengan serempak memutarkan (menghugai) Gasiang mereka masing-masing.
Untukmenentukan dalam menghugai Gasiang tersebut adalah mereka yang Gasiangnya lebih lama bertahan dari pihak lawan, merekalah menjadi pemukul (Meningkah) duluan. Dengan demikian permainan pun di mulai.
Biasanya dalam permainan ini membutuhkan waktu yang lama, karena semakin asyik dengan cara permainan kedua belah pihak dalam memainkan Gasiang, apalagi beregu, kadang akan terlihat ada salah satu diantara Gasiang tersebut pecah, retak dan lain sebagainya karena di pukul (Ditingkah).
Untuk menentukan pemenang dalam permainan Gasiang ini adalah mereka yang Gasiangnya tahan lama dan yang lebih menentukan lagi adalah mereka yang di tempatkan pada pemukul terakhir, karena disamping pukulan yang bagus Gasiang untuk memukul juga mampu untuk berputar lama dari lawan yang telah di pukul. Jika ini terjadi terus maka merekalah yang menjadi pemenang sampai lawan dengan sendirinya menyerah.
Itu makanya kedua belah pihak menempat orang terbaik pada barisan kedua dan pertama terakhir baik sebagai pemukul maupun di pukul. Sifat dari permainan ini biasanya musiman saja, bukan secara rutin dalam waktu tertentu.
B. SEMALAKON
Bahan:
Hanya menggunakan lapangan terbuka dan biasanya adalah diatas tanah yang diberi lingkaran cukup besar sesuai dengan kesepakatan.
Jumlah dalam permainan:
5 s/d 6 orang peregu, dimainkan oleh anak laki-laki dan ada tingkat remaja.
Cara permainan:
Dalam permainan Semalakon ini membutuhkan tenaga yang ekstra, kecekatan dan keahlian serta kepekaan. Seperti biasa cara menentukan siapa yang akan duluan menjadi pemain ata pemenang, maka di lakukan suit antara ketua dua tim yang akan bertanding. Setelah dapat menentukan regu mana yang akan menjadi penunggu linggkaran, diberikan kesempatan kepada pemenang untuk keluar dari lingkaran supaya jangan ditangkap oleh penunggu lingkaran.
Untuk mendapatkan mereka harus berlari atau mengejar sampai lawan main tersebut ditangkap, setelah di tangkap mereka di ditempatkan di dalam lingkaran dengan menjaga supaya teman nya tidak dapat membantu untuk menyelamatkannya. Sampai lawan dan yang menjaga lingkaran tadi dapat menangkap seluruh lawannya.
Pada sisi lain mereka bisa lolos dari lingkaran apabila teman yang ditangkap tersebut dibantu oleh teman nya yang lain dengan menyambar tangan tanda syahnya mereka keluar dari lingkaran. Ini bisa berlangsung apabila yang diselamatkan tadi para penunggu lingkaran tidak mampu memegang yang akan diselamatkan.
Jika ini terus berlangsung, maka mereka tetap sebagai pemenang, namun apabila yang menunggu lingkaran dapat dan mampu menangkap seluruh lawannya, posisi akan terbalik, yaitu mereka penunggu lingkaran berobah posisi sebagai pemenang, demikian seterusnya.
Dalam permainan Semalakon, di Kepenuhan dilakukan pada malam hari saat terang bulan atau bulan purnama sebagai pengisi waktu luang, khususnya pada malam minggu.
C. TOGAK DINGIN
Bahan :
Hanya menggunakan tiang atau dinding disepakati oleh sesama pemain.
Jumlah dalam pemain:
Tidak ditentukan berapa jumlahnya, namun biasanya paling sedikit 4 atau 5 orang. Bisa dimainkan oleh anak lelaki saja atau perempuan atau penggabungan keduanya.
Cara permainan:
Para pemain tadi melakukan undian, namun biasanya di Kepenuhan menggunakan “Siut” dengan menggunakan jari tangan yaitu jari jempol, Jari telunjuk dan jari kelingking. Apabila orang terakhir dalam siut tersebut kalah maka dialah yang akan menunggu tiang yang telah disediakan. Sedangkan para pemenang yang lain mencari tempat berlindung supaya tidak diketahui atau terlihat oleh penungggu tiang.
Maka permainan pun dimulai, dan orang yang kalah mencoba mencari tempat orang berlindung tadi, apabila dia melihat secara jelas, dia akan menyebut nama bersangkutan sekaligus memegang tiang dengan menyerukan “Togak Dingin”., begitu sterusnya, namun apabila yang kalah tadi kurang lihai, teman berlindung tadi dapat mencapai duluan tiang yang ditunggu, maka yang bersangkutan menyebut togak dingin, maka dengan sendirinya, memenangkan secara individu, ketika akan dilakukan eksekusi penentuan penyebutan nama oleh yang kalah.
Setelah semuanya berkumpul kembali, maka yang kalah menutup mata sambil membelakangi para pemain yang lain. Sedangkan para pemain berbaris dibelakang secara berurutan. Langkah selanjutnya adalah yang kalah akan menyebutkan nama teman-teman yang ada dibelakangnya, jika yang disebut tersebut adalah orang yang dilihatnya duluan maka dia akan menjadi pemenang dan yang disebutkan namanya kembali untuk menjadi orang yang kalah, sebaliknya apabila yang disebutkan itu adalah orang yang duluan memegang kayu, maka dia tetap sebagai orang kalah dan tetap sebagai penunggu kayu, begitu seterusnya sampai permainan usai atas kesepakatan mereka.
D. MAIN YEYE
Bahan:
Gelang karet (Kojai) Gelang karet tersebut dirangkai sesuai dengan kebutuhan dalam permainan ini, kadang mencapai 5 s/d 7 meter.
Jumlah dalam permainan:
4 orang atau dua tim (Pasang) , dalam permainan ini dapat dimainkan oleh anak lelaki atau perempuan atau penggabungan keduanya.
Cara permainan:
Diundi dengan sesama pemain baik perorangan maupun beregu. Setelah tahu siapa yang menang atau yang kalah dalam undian tersebut. Maka yang kalah memegang kedua ujung rantai karet, sedangkan yang menang dalam undian tersebut melompat diatas karet yang diputar oleh mereka kalah dalam undian.
Dalam melakukan permainan ini para pelompat akan terus menang apabila gelang garet tersebut tidak tersentuh. Namun apabila sebaliknya mengakibatkan lompatan terhenti oleh terinjak karet, maka bergantian posisi dengan yang memegang pertama. Dan selanjutnya bergantaian begitu seterusnya, sampai pada ketentuan atau peraturan yang mereka tentukan sendiri.
Untuk memulai permainan ini, di mulai dari melompat batas lutut, pinggang, bahu, telinga, kepala terus terakhir dengan mengacungkan tangan ke atas setinggi mungkin, demikian seterusnya, cara pelompatan dalam permainan ini. Yang dibutuhkan disini adalah kekuatan fisik dan keahlian serta seni meringankan badan dalam melompat, karena tanpa dibantu oleh alat bantu lain sehingga murni dalam pelompatannya.
Para pemain dalam permainan ini adalah kebanyakan dari anak-anak perempuan diperkirakan berumur 6 s/d 15 tahun.
E. MAIN KINGKAT
Bahan:
Batu Pipih
Jumlah dalam permainan:
2 (dua) orang atau lebih, bianya hanya dimainkan oleh anak perempuan saja, namun kadangkal dimaikan oleh anak laki, atau percampran keduanya, jika dimain secara tim.
Cara permainan:
Diadakan undian siapa yang dulu mulai dalam permainan tersebut. Setelah tahu siapa yang duluan mulai melakukan dari kotak pertama, dengan kaki sebelah sedangkan kaki yang sebelah lagi di angkat sampai pada kotak nomor enam, kaki diletakkan kedua-keduanya selanjutnya diteruskan sampai pada kotak nomor sepuluh.
Sedangkan batu pipih tadi diletakkan dari kotak nomor satu lalu di dorong pakai kaki sampai kotak nomor sepuluh. Setelah sampai batu tersebut ke kotak nomor sepuluh siapa yang duluan. Dialah yang dapat melakukan pengambilan bintang dengan cara badan menghadap atau membelakangi lapangan kingkat tersebut. Siapa yang banyak mendapatkan bintang maka dialah yang menang.
F. MAIN GALAH ATAU MAIN CUP MASUK
Bahan:
Menggunakan lokasi dilapangan atau tempat yang sesuai
Jumlah dalam Permainan:
Tidak ditentukan berapa jumlah pemainnya disesuaikan dengan lebar dan luas lapangan. Biasanya penggabungan anak laki-laki dan perempuan
Cara permainan:
Lokasi yang sudah ditentukan, digaris atau diberi tanda berbentuk persegi panjang, setelah berbentuk persegi panjang lapangan masih di bentuk lagi yaitu dibagi empat. garis pada kiri kanan lapangan permainan cukup menggunakan satu garis. sedangkan garis di ujung, tengah dan pangkal lapangan diberi garis dua, serta garis di tengah juga di garis dua. Gunanya adalah untuk tempat penunggu galah dalam permainan ini.
Tetap menggunakan cara pengundian untuk menentuh siapa yang duluan sebagai pemain dan yang kalah. Yang kalah di tempatkan sebagai posisi menjaga lapangan galah dan berusaha memegang atau menangkap orang yang akan masuk dalam galah, sedangkan yang menang berusaha untuk bisa masuk dalam galah tanpa dapat ditangkap atau disentuh oleh penunggu galah.
Dalam permainan ini, sama-sama harus mampu dan jeli untuk memenangkan permainan, orang yang telah menang duluan akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak di tempatkan sebagai penunggu galah, dan yang kaiah berisaha pula untuk dapat posisi mereka digantikan oleh orang yang mereka tangkap atau pegang.
Nanum biasanya ketika orang yang menang masuk dalan lapangan permainan menggunakan bahasa “Cuuup Masuk”. Maka permainan di mulai, dan sedangkan batas waktu tidak ditentukan namun tergantung kesepakatan.
G. MAIN TALl OTAN (ROTAN)
Bahan:
Rotan cincin panjang rotan ini disesuaikan dengan kebutuhan atau diperkirakan 4 s/d 5 meter
Jumlah dalam permainan:
5 orang atau lebih secara perorangan atau peregu. Dalam permainan ini percampuran antara anak laki-laki dan perempuan.
Cara permainan:
Kelima pemain atau lebih mengadakan pengundian, namun biasanya orang Kepenuhan dengan menggunakan “siut” secara bersamaan sampai pada akhirnya mendapat mereka yang terakhir pertama dan kedua untuk menjadi pemegang tali rotan sehingga permainan dapat di mulai.
Mereka terus memutar tali rotan yang ada ditangan, sedangkan yang lain melompati tali rotan secara bergantian atau secara bersamaan, jika salah satu diantara pelompat tali rotan tersentuh dan mengakibatkan tali tersebut terhenti oleh yang bersangkutan. Maka mereka bergantian untuk pemegang tali, demikian lah terus menerus permainan berlangsung.
H. MAIN PATUK LELE
Bahan:
Rotan dengan ukuran 50 cm dan dua batang rotan yang berukuran 10 s/d 15 cm, dan menggunakan lobang berbentuk segi tiga.
Jumlah Pemain:
Bisa perorang (2 orang saja) maupun beregu, hanya dimainkan oleh anak lalaki, kadang dimainkan oleh anak perempuan, namun mi jarang ditemukan
Cara Permainan:
Setelah dapat menentukan siapa yang duluan untuk memulal permainan (biasanya menggunakan siut), maka para pelaku permainan patuk Lele mi akan memukul dengan menggunakan rotan panjang ke rotan kecil yang berada dalam lobang sebagus mungkin, sehingga pukulan yang dilakukan mendapat pukulan bagus, dan Iawannya tidak mampu untuk menangkap atau jauh dan lawan, apabila yang nahan (orang yang sedang menunggu rotan kecil dapat menangkap pukulan maka ini akan dihitung. Biasanya terdapat perbedaan hitungan kalau sebelah tangan kanan biasanya hitungannya puluhan dan sebelah kiri ratu kalau kaki ribuan (tetapi ini biasanya tergantung kesepakata sebelum main).
Setelah itu yang nahan akan melemparkan rotan yang berukuran kecil kearah lobang, namun hal itu di jaga oleh pemukul dengan menggunakan rotan panjang yang ia pegang, dengan syarat rotan tidak bisa menyentuh tanah, untuk mendapatkan nilai. Semakin tinggi nilai yang didapatkan, maka dia tetap sebagai pemenang. Cara menghitung nilainya adalah ditentukan dari jarak rotan kecil tadi dan lobang yang ada, semakin jauh pukulan terhadap lemparan lawan yang dipukul, maka semakin tinggi jumlah nilai yaitu dengan menggunakan rotan yang panjang sebagai benda hitungan.
Iawan bisa beralih posisi apabila, pertama lembaran yang dilakukannya kurang dari ukuran pemukul rotan panjang dari lobang, Kedua, Lemparan oleh lawan langsung masuk dalam lobang, namun hal ini jarang ditemukan.
Penghitungan bisa dilakukan pada saat ngamik anak caranya memasukkan anak patuk lele (rotan yang pendek kedalam lobang segi tiga dua pertiga bagian lalu sebagian lagi menonjol keluar, bagian yang menonjol inilah nantinya yang dipukul sehingga anak rotan pendek ini melambung keatas lalu dipukul sejauh mungkin, semakin jauh pukulan maka akan dihitung dengan menggunakan kelipatan rotan panjang tersebut.
Ada juga penghitungan lain yang bisa dilakukan, yaitu pada saat ngamik anak pemain yang menang mampu memukul anak lebih dari satu kali pukulan (dua kali) maka dihitung dengan anak rotan kecil, bila tiga kali maka dihitung dengan kelipatan lidi korek api, kalau empat kali dan seterusnya dengan padi. Ini dihitung dari tempat jatuhnya rotan kecil sampai kelobang segi tiga, tapi dengan catatan tidak boleh kebelakang lobang, harus kedepan.
I. MAIN POKONG
Bahan:
Batu, Papan atau kayu yang dilobangkan sebanyak 10 buah atau 14 buah dibagi dua
Jumlah dalam permainan:
Dua (2 ) orang, hanya dimaikan oleh anak perempuan
Jumlah batu setiap lobang :
5 atau 7buah
Cara permainan:
Pertama diundi siapa yang menang duluan dipersilakan mengambil batu didalam lobang yang ada dihadapannya (lobang yang ada disehelahnya). Maka permainan di mulai. Apabila batu terakhir berada di dalam lobang lawan, maka dia dapat mengambi1 batu yang berada di dalam lobang lawan. Namun apa bila batu terakhir mati di dalam lobang lawan. Maka permainan dilanjutkar oleh lawan atmi gantan dalam permainan untuk memainkan batu dalam pokong.
Permainan ini akan berakhir apahila salah satu dari dua perseteruan ini dapat menghabiskan semua batu di pihak lawannya, atau dapat menghabiskan semua batu dalam pokong.
Pada babak kedua akan kelihatan bahwa pihak lawan akan berkurang jumlah batu atau jumlah pokong yang dimilikinya penuh, namun akan terlihat tidak penuh alias berkurang, contoh. Jumlah pokongnya 7 buah, maka pada babak kedua akan terlihat menjadi 6 kah dia, 5 kah, atau 4. Jika pihak lawan tidak mampu mengembalikan sebagaimana jumlah pokong pertama maka dinyatakan dia kalah.
J. MAIN KUNCANG TABUNG (BUNYIAN TABONG)
Bahan:
Sebuah tabung dari susu kaleng kecil atau kaleng ikan sarden yang kecil dan beberapa buah batu. Kaleng tadi di isi dengan beberapa buah batu sehinga dapat berbunyi dengan ditutup bagian atas tabung.
Jumlah dalam Permainan:
Tidak di tentukan jumlahnya, Namun biasanya 5 atau 7 pemain. Permainan ini khusus untuk anak lelaki,
Cara permainan:
Ditentukan lebih dahulu siapa akan menunggu Kuncang Tabung tersebut, dan biasanya mereka terakhir dari pengundianlah yang akan mendapat tugas. Kemudian permainan di mulai dengan ditandai pelemparan Kuncang Tabung Oleh orang yang menang sekeras mungkin, dengan maksud lemparan tadi betul-betul jauh dari lokasi (permainan ini mirip dengan togak dingin tapi media yang dipakai berbeda yaitu tabung/kaleng).
Dengan pelemparan tersebut orang menang akan mencari tempat bersembunyi, sehingga penunggu Kuncang Tabung tidak dapat menemukan mereka. Tabung yang dilemparkan tadi diambil kembali oleh orang kalah, sambil menempatkan kembali kuncang Tabung pada posisi awal, nyambi mencari orang yaig bersembunyi tadi.
Penunggu Kuncang Tabung berusaha mencari orang yang bersembunyi, jika dapat maka dia akan menyebutkan nama orang ditemukan dan menguncang tabung (Membunyikan tabung) sebagai pertanda ada orang yang ditemukan. Orang yang ditemukan ini akan selamat apabila ada teman sesama pemenang yang belum tertangkap dapat membunyikan tabung dengan mendahulukan penunggu tabung, maka selamatlah dia.
Namun apabila penunggu Kuncang tabung dapat menemukan mereka semua, maka orang yang ditemukan pertama tadilah yang akan mengambil posisi penunggu Kuncang Tabung, dan begitu seterusnya.
K. MAIN SUNAK PADAN
Bahan:
Buluh (bambu) dengan diameter dalamnya biasanya 1/2 cm atau sebesar buah kopadan (sejenis kayu yang mirip sikeduduk), lalu tuas terbuat dari bambu yang diraut sebagai pendorong peluru, buah kopadan sebagai peluru
Jumlah dalam permainan:
Dua (2 ) regu atau perorang, dan dimainkan oleh anak lelaki.
Cara permainan:
Pertama jumlah anggota dibagi dua regu lalu dibuat komandan regunya. Kegiatan ini mirip dengan regu peperangan (combat). Dalam pelaksanaan permainan masing-masing mengatur strategi untuk dapat menyerang lawan dengan menembakkan sunak padan, lawan akan kalah bila masing-masing kena tembakan atau komandan regunya terkena tembakan. Ini dapat dilihat dengan bukti bahwa bajunya masing-masing kena getah anak kopadan tadinya. Biasanya ada sanksi bagi yang kalah berupa menggendong yang menang dan satu tempat kedaerah lainnya atau tergantung kesepakatan sebelum bermain.
L. MAIN DONDOBONG (MERIAM BAMBU)
Bahan:
Bambu diameter 5 -10 cm, tuas (stick) terbuat dari kayu kecil panjang 10 cm, sumbu terbuat dan kain buuk (bekas) lalu minyak tanah.
Jumlah dalam permainan:
Tidak ditentukan dan biasanya individual atau beregu. Ini hanya khusus dimainkan oleh anak lelaki, namun banyak juga orang dewasa yang memainkannya.
Cara permainan:
Permainan ini biasanya dilaksanakan pada malam 27 bulan Ramadhan disetiap daerah di luhak Kepenuhan. Permainan ini dilaksanakan untuk menghiasi atau menyambut kegembiraan karena diyakini pada malam 27 atau malam ganjil akhir Ramadhan sebagai malam Lailatul qadar sehingga untuk memeriahkan dan mensyukurinya dibuatlah permainan oleh anak-nak luhak Kepenuhan.
Permainan ini sudah agak jarang dilaksanakan dikarenakan sulitnya media yang akan dipakai, bambu yang selama ini dipakai sudah jarang didapat. Dulu permainan ini biasanya dilaksnakan serempak setelah selesai buka puasa hari 26 Ramadhan sampai shalat Isya dan dilanjutkan habis tarawih sampai tengah malam.
Permainannya dengan memsukkan sumbu dan minyak kedalam lobang bambu lalu dipancing dengan menggunakan tuas kecil setelah itu ditiup hingga asapnya keluar. Pada akhirnya baru diletuskan mirip dengan meriam yang mengeluarkan suara bergemuruh.
M. MAIN KELERENG
Bahan:
Tiga buah lobang di tanah dan beberapa buah kelerang sebagai alat permainan
Jumlah dalam permainan:
Perorangan dan peregu (bisa dau orang atau lebih tergantung kesepakan dalam memulai permainan ini). Dimainkan oleh anak lelaki.
Cara permainan
Permainan ini bisa menggunakan tiga lobang atau satu lobang baik perorangan maupun beregu.
Tiga Lobang
Dalam permainan kelereng ini menentukan siapa yang duluan memulai ditentukan oleh siapa yang paling dekat melemparkan buah kelerang pada lobang ketiga (jarak antar satu lobang dengan lobang lain tidak ada standarisasinya, hanya diperkirakan memiliki jarak 75 cm s/d 100 m atau lebih, sedangkan besarnya lobang kelereng sebesar kelereng yang di tancapkan ke dalam tanah serta kedalamannya diperkirakan sedalam 1 s/d 1,5 cm).
Permainan ini harus melewati 9 lobang untuk sampai pada lobang yang ke sepuluh untuk menentukan pemenang untuk meningkah / memukul lawan dengan kelereng, sampai nanti pihak lawan dapat memasukkan buah kelerengnya dengan sempurna pada salah satu lobang yang tiga.
Dalam perjalanan ini, untuk menentukan pemenangnya adalah siapa yang cepat dan pandai serta memiliki strategi yang baiklah yang dapat menjadi pemenang, karena untuk dapat melewati ini masing-masing pihak akan berupaya menjegal satu dengan yang lain lawannya untuk sampai pada lubang ke sepuluh.
Jika salah satu dapat sampai pada lubang yang ke sepuluh, maka dia atau merekalah menjadi pemenang. Setelah menjadi pemenang ini dalam perjalanannya dapat dengan baik menahan lawan jangan sampai diantara lawan memasukkan ke salah satu lobang, maka mereka tetap pemenang, namun ada salah satu dan lawan maka permainan diulang kembali sebagaimana pada keterangan terdahulu.
Ada pengecualiaan dalam permainan ini yaitu apabila ada salah satu dari pemenang termasuk ke lobang tanpa sengaja dalam meningkah, maka setelah mereka yang kalah dapat memasukkan kelobang, maka posisinya akan terbalai yaitu yang kalah bisa sebagai pemimpin permainan yang menang tadi bisa pada posisi lawan sehingga mereka dengan berbagai upaya kembali untuk memasukkan kelereng kesalah satu lobang. Begitu setelusnya sampai permainan ini usai. Dalam permainan ini tidak ditentukan limit waktu sampai berapa Jam tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Permainan ini berlaku untuk perorangan maupun beregu.
Satu Lobang
Dalam permainan satu lobang ini cara permainan perorangan dan beregunya juga sama untuk memulai dan mengakhiri permainan. Dimulai dari salah satu pada pemain untuk melemparkan kelereng dari lobang yang telah disediakan ke sekitar arena permainan. Untuk melempar ini tidak ada ketentuan untuk memulai, yaitu siapa saja boleh memulai melemparkan kelereng di sekitar arena.
Setelah salah satu melemparkan kelereng maka pihak yang lain mencoba dan berupaya untuk dapat mengenai/meningkah baik jauh maupun dekat terhadap letak kelereng hasil lemparan pertama. Makanya tidak sembarangan melempar kelereng saja tapi diupayakan memiliki strategi sehingga lawan tidak mudah untuk meningkah/mengenai kelereng yang sudah dilemparkan.
Dalam permainan ini sangat seru, karena terjadi kejar mengejar terhadap kelereng satu dengan yang lain. Kadangkala tanpa disadari sudah jauh meninggalkan arena permainan. Untuk menentukan siapa yang memimpin atau pemenang dalam pengejaran tersebut adalah yang dahulu meningkah pihak lawan, maka dialah yang menjadi pemimpian dalam permainan ini.
Setelah mendapatkan pemimpin permainan ini kembali ke lobang untuk memulai permainan. Aturan nya sama saja dengan permaian menggunakan tiga lobang sebagaimana diterangkan di atas.
N. MAIN LEMPA BOM ( LEMPAR BOM)
Bahan :
Plastik
Tanah lembut atau pasir, kadang menggunakan air
Berupa tali pengikat
Jumlah pemain:
Tidak ditentukan berapa jumlahnya dan kadang berkelompok dengan sendirinya dan pemain ini dimainkan oleh anak lelaki saja.
Cara permainannya:
Sebenarnya dalam permainan ini tidak ada ketentuan dalam permainannya. Permainan ini asalnya adalah iseng saja atau diluar aturan yang ada. Karena pada waktu itu kondisi nya pada malam hari, satu dengan yang lainnya saling berkumpul secara berkelompok diantara anak-anak remaja dibawah umur (di perkirakan berumur 6 s/d 10 tahun atau mereka yang masih menduduki sekolah dasar di kepenuhan)
Ketika berkumpul herkelompok inilah ada salah satu diantara teman mereka yang memulai tanpa di sadari melempar sesuatu mengenai salah satu kelompok yang lain, sehingga menjadi pertanyaan siapa yang melemparkan ini kepada mereka. Dengan sendirinya akan terjadi kecurugaan baik terhadap teman mereka sendiri maupun oleh pihak lain, namun biasanya yang melemparkan ini adalah mereka saling kenal satu dengan yang lain.
Dengan demikian akan terjadi pula balasan dari mereka terhadap pihak lain atau teman mereka sendiri sesuai dengan ini bentuk dan isi lemparan yang mengenai mereka. Inilah awalnya permainan lempa bom.
Mengapa namanya lempa bom, ini terinspirasi dari salah satu film pada waktu itu film yang berjudul The Tim. Karena pada saat ini televisi di Kepenuhan bisa dihitung dengan jari ditambahkan lagi kerena saling melempar satu dengan yang lain maka dengan sendirinya mereka menamain permainan ini dengan main bom.
Adapun perlengkapan dari main bom ini adalah dengan menggunakan plastik yang berisi tanah yang lembut atau pasir yang didapat disekitar pasar kota tengah, karena permainan ini terpusat di sekitar pasar. Sehingga berkembang dengan sendirinya permainan bom. Dalam perjalanannya menimbulkan halas membalas satu dengan yang lain, namun seingat penulis tidak meninbulkan perkelahian satu dengan yang lain, hanya sebagai pengisi hiburan pada malam han dan mengisi waktu sebelum tidur.
Untuk lebih menikmati permainan bom, kadang tanah yang telah dibungkus oleh plastik tadi diisi dengan air, dipersiapkan beberapa bungkus plastik oleh masing-msing mereka. Kadang terjadi kejar mengejar satu dengan yang lain untuk melemparkan homnya kepada lawan mereka. Yang terjadi disini adalah kegenbiraan saja dan senang dapat melempar lawan begitu pula sebaliknya.
Permainan bom tidak ditentukan waktunya dan tidak ditentukan berap jumlah satu dengan yang lain, namun dimulai begitu saja dalam arena pasar kota tengah. Dan permainan mi juga tidak ditentukan waktunya, mengakhiranya hanya dengan sendirinya saja, sehingga satu dengan yang berkumpul kembali. Begitulah seterusnya.
N. MAIN LEMPA KOTEH OKOK (LEMPAR KERTAS ROKOK)
Bahan:
Perkarangan atau arena tanah yang luas
Kertas rokok yang sudah dilipat persegi panjang dan telah dilipat dua (sehingga berbentuk persegi tiga ) sebanyak mungkin
Kayu yang berukuran 30 s/d 60 cm, sebagai alat pelempar
Satu buah garis yang memiliki panjang 3 s/d 5 meter dan memiliki satu lingkarang serta memiliki jarat antara garis dengan lingkarang sekitar 10 s/d 15 meter.
Jumlah pemain:
Bisa perorangan dan bisa juga berkelompok atau peregu (kadang-kadang 2 sampai dengan 4 orang) dan dimainkan oleh anak laki-laki.
Cara permainan:
Dalam permainan ini dimulai dengan menentukan jumlah kertas rokok yang akan ditempatkan di lingkaran, setelah dapat kesepakatan satu dengan yang lain, kertas rokok ditempatkan pada sisi garis yang sejajar dengan garis yang telah ditentukan.
Kemudian masing-masing mereka akan melemparkan kayu ke arah garis. Untuk menentukan siapa yang mendapat lemparan pertama dan kedua serta seterusnya adalah siapa yang paling dengat dengan garis atau siapa yang paling banyak mengenai garis maka dialah yang mendapat bagian pertama dan seterusnya untuk melempat kertas rokok.
Dalam pelemparan ini dibutuhkan strategi yang matang dan tenaga yang prima untuk melempar kertas rokok. Apabila pada pelempar pertama dapat mengenai kertas rokok dengan sempurna maka tentu seluruh kertas akan keluar dari lingkaran semua. Apabila terjadi ini maka dialah yang memiliki seluruh hasil lemparan tadi. Karena dalam permainan ini, apabila kertas yang keluar tadi keluar dari lingkaran maka dialah yang memilikinya, namun apabila masih mengenai ganis lingkaran, maka kesempatan kedua atau seterusnya memiliki kesempatan untuk melempar sampai kertas dalam lingkaran keluar dan lingkaran.
Atau sebaliknya tidak satupun yang mengenai kartas rokok didalam lingkaran, maka dimulai lagi untuk melemparkan kayu kearah garis yang telah disediakan. Apabila semua kertas sudah keluar maka satu dengan yang lain menghitung kembali kertas rokok masing-masing untuk memulai permainan. Demikian tata cara permaian lempar kertas rokok ini.
Permainan ini akan dikahiri, apabila kertas rokok salah satu lawan tadi habis atau kalah dalam permainan atau berhenti dengan sendirinya dengan kesepakatan bersama.
P. MAIN LEMPA GASTI (LEMPAR GASTI)
Bahan:
Bola gasti
Satu buah kayu untuk pemukul bola yang memiliki panjang sekitar 30 s/d 40 cm, kadang tidak ditentukan panjangnya, yang penting bisa untuk memukul bola
Arena terbuka dengan persegi lima tempat pos-pos perhentian dalam permainan dan satu tempat regu untuk menunggu giliran memukul
Jumlah pemain:
Dalam permaian mi memakai sisten peregu, kadang jum]ah banyak atau sesuai dengan jumlah dalam sistem permainan. Dan permainan ini dapat dimainkan oleh laki dan perempuan atau percampuran keduanya.
Cara permainan:
Untuk memulai permaian mi dengan slut yaitu menggunakan tiga jari-jari jempol, jari telunjuk dan jan kelingking diantara kaptem masing-masing regu, siapa yang menang dalam slut mi maka regu inilah yang akan memulai permainan serta yang kalah untuk menunggu posisi yang telah ditentukan.
Namun ada beberapa tata cara permainan yang biasa digunakan dan bahkan area yang digunakan bertempat di pasar kota tengah. Adapun tata cara permainannya adalah:
Yang melemparkan bola gasti kearah pemukul adalah orang yang dalam tim, namun yang menjaga dibelakang pemukul adalah pihak lawan
Diberikan tiga kali kesempatan untuk memukul bola apabila sang pemukul ragu menggunakan bola pertama dan kedua serta apabila yang ketiga juga tidak memukul atau tidak mengenai yang bersangkulan harus menyelamatkan diri pada pos pertama, maka pihak lawan akan berupakan menggunakan pola yang lepas tersebut diarah ke tyang gagal memukul, jika mengenai maka secara langsung beralih untuk menungu posisi pos dan yang kalah tadi untuk memukul pula
Apabila berhasil memukul bola sejauh mungkin maka dapat mengitari pos-pos dengan berlari kencang, namun apabila bola yang dipukul dapan disambut dengan baik tanpa menyentuh area, juga akan beralih secara langsung berubah posisi.
Apabila bola yang dipukul tidak dapat disambut atau menyentuh tanah, maka yang bersangkutan meneruskan berlari ke pos berikutnya, begitu seterus pada pukulan secara bergantian dengan cara satu dengan yang lain berupaya untuk dapat melewati masing-masing pos kembali ketempat semula.
Namun apabila dalam permainan tersebut ada salah satu dari tim yang menang terkena lemparan dalam melewati masing-masing pos setelah pemukulan, hukumannya sama yaitu berali posisi.
Demikian tata permain bola gasti ini, dan dalam permainan ini tidak ditentukan batas waktu, tergantung keadaan permainan dan kesepakatan antar dua tim
Q. MAIN POANG (PERANG)
Bahan:
Papan yang telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuk senapan atau pistol atau menggunakan dahan pimpiang (dahan kayu yang banyak terdapat ditepi jalan raya disekitar Kota Tengah atau tempat lainnya). Dahan pimpiang ini juga dibentuk sedemikian rupa dibentuk seperti senjata, karna dahan ini mudah diklipukkan. Atau menggunakan senjta mainan yang ada (dalam hal tidak terlalu banyak menggunakannya, karena keterbatasan kemampuan untuk membelinya pada waktu itu, diperkirakan pada tahun 1980-an).
Jumlah pemain:
Jumlah permaian perang mi ditentukan setelah berkumpul satu dengan yang lain, setelah itu dibagi untuk menjadi dua regu dan didominasi oleh anak lelaki.
Cara permainan:
Setelah ditentukan pembagian regu atau tim, maka masing-masing regu untuk mencari tempat persembunyian sehingga mereka tidak kelihatan satu dengan yang lain, dan biasanya yang digunakan untuk tempat persembunyian ini adalah rumah-rumah masyarakat yang pada waktu itu berdempepatan dan ada beberapa ruang untuk melintas untuk mengintai lawan.
Senjata yang digunakan tersebut tidak menggunakan peluru atau bentuk lainnya, yang digunakan sebagai peluru adalah suara dan mulut masing-masing dari tim, yaitu berbunyi ….tuk….tuk….tuk….tuk….tuk….(namun diucapkan secara cepat dan keras). Ketika nampak musuh duluan yang tanpa dia sadari maka tuk….tuk….tuk….tuk….tuk (seperti bunyi tembakan) maka yang bersangkuta kalah alias mati dan senjatanya dilucuti dan yang bersangkuta dikatakan sebagai sandera. Demikian seterus, sehingga terjadi pertemuan antar dua tim untuk saling menembak dan mengeraskan suar sekerasnya. Yang menang dalam dataran ini adalah siap yang dulu melihat sang lawan atau sekuat sotogang isang, maka mereka sebagai pemenang sampai pada akhir sang komandan saling bertemu untuk menetukan pemenang. Kadang kala bosotolagah (bertengkar) sampai ada yang dikatakan menanga. Kadang dalam botongka tersebut hampir terjadi perkelahian antar dua musuh ini.
Setelah dapat siapa pemenangnya, permainan dimulai lagi dari awal demikian seterusnya dalam permainan poang ini. Mengenai batas waktu juga tidak ditentukan. Permainan ini khusun untuk anak lelaki.
R. MAIN CIIK KALILA WA (TAlK KALILAWAR)
Bahan:
Ciik kalilawa (taik kalilawar), dimana ciik kalilawa ini yang diambil adalah ciik yang kulitnya yang sudah dibersihkan. Ciik kalilawa ini pada tahun 1980-an sampai 1990-an, dimana banyak rumah tua yang telah ditinggalkan oleh penghuni. Namun sekarang ciik kalilawa ini jarang didapatkan karena tidak terdapat lagi rumah tua oleh karena perkembangan daerh kepenuhan.
Menggunakan dua garis, yaitu pertama untuk pelempar ciik kalilawa, diperkirakan sepanjang lebih kurang 2 s/d 3 meter, dan kedua untuk tempat ciik kalilawa yang disejajarkan sesuai dengan jumlah masing-masing lawan. Dan letak dua garis berhadapan dan memiliki jarak sekitar 7 s/d 10 meter.
Jumlah pemain:
Permainan mi dilakukan oleh 2 s/d 5 orang dan dimainkan khusus oleh anak lelaki.
Cara permainan:
Permaianan dimulai dari setelah menentukan jumlah ciik kalilawa untuk masing-masing pemain yang mengikuti, kemudian ciik kalilawa ditempatkan pada garis yang telah ditentukan dan berbaris sejajar sepanjang jumlah yang telah diberikan oleh msing-masing pemain dan diujung kanan dari pelempar ditempatkan satu buah ciik kalilawa yang besar sebagai tanda batas jumlah atau hasil dari pelemparan.
Kemudian untuk memulai permainan dan siapa yang dahulu melakukan pelemparan ditentukan oleh siapa yang paling dekat dengan garis atau mengenai garis yang berlawanan dengan posisi penempatan ciik kalilawa, sedang pelempar kedua dan selanjutnya ditentukan oleh kedekatan dengan garis begitu seterusnya.
Apabila pada pelemparan tersebut mengenai ciik kalilawa yang besar tadi maka, dialah yang memenangkan dan memiliki ciik kalilawa. Dan permainan diulang seperti yang telah disebut. Namun apabila hanya mengenai separoh atau sepertiga dari hasil pelemparan dari ciik kalilawa yang besar, maka dia yang memelikinya dari batas tadi, maka kesempatan berikutnya diberikan pada pelempar berikut untuk berupaya mendapat hasil.
Jika ada yang tersisa maka itu untuk permainan kedua dengan menambah kembali jumlah masing-masing pemain untuk memulai permainan, namun apabila tidak dapat mngenai, masih masih tetap’pada porsi yang ada. Dan permainan ini juga tidak dibatasi oleh waktu, nannin biasanya sampai salah satu atau lain pemain kehabisan stop untuk menambah ciik kalilawa pada permainan berikutnya. Demikian seterusnya.
S. MAIN BUAH MOMPONIANG
Bahan:
Buah momponiang, berupa buah yang berbentuk gasing (namun perbedaannya adalah jika gasing berbentuk lonjong dan memiliki kepala yang digunakan untuk memutarnya, sedangkan buah momponiang hanya memiliki separohnya dan memiliki mata dibawah untuk memutar serta berbentuk separoh dan gasing) sedangkan besar dari buah momponiang ini diperkirakan sebesar mata kelereng, untuk memutarnya menggunakan dua buah jari yaitu telunjuk dan jari manis.
Lokasinya harus berbentuk mengkilat seperti tanah hiat atau diatas matras sehingga dapat untuk di putar.
Jumlah permainan:
Permainan ini boleh dua orang dan boleh beregu, bisanya hanya dimainkan oleh anak lelaki.
Cara permainan:
Permainan memiliki 2 cara:
Sehugai, artinya siapa yang paling lama memutarkan buah momponiang, dialah menjadi pemenang. Dengan menggunakan dua jari yaitu jari telunjuk dan jari manis dengan menempak buah momponiang diantara dua jan tesebut sebagai alat pemutar.
Meningkah, artinya untuk menentukan siapa yang meningkah punya lawan lebih dulu, ditentukan oleh siapa yang paling lama dalam memutarkan buah momponiang. Setelah mendapatkan pemenangnya maka yang kalah menghugai kembali buah momponinag, dengan menghugai tadi pihak pemenang meningkah buah tersebut dengan yang dimiliki kawan tapi juga menggunakan alat yang sama. Untuk menentukan hasil dari menghugai sambil meningkah tadi adalah:
Apabila hasil tingkahan tadi membuat punya lawan tidak dapat berputar maka dia dapat melanjutkan tingkahnya
Pabila hasil tingkah itu masih berputar dan yang menghugai masih berputar dan memiliki sama dalam berhentinya maka dinilai sen. Untuk dataran ini mereka harus mengulang untuk saling menghugai siapa yang paling lama putaran maka kesempatan dia untuk meningkah.
Apabila yang meningkah tidak dapat mengenai buah yang berputar, maka otomatis dia langsung memiliki kesempatan untuk meningkah.
Apabila dalam meningkah tadi yang meningkah kalah dengan sendirinya dalam putaran atau mati seketika, maka kesempatan yang menghugai untuk meningkah.
Demikian seterusnya sampai selesai.