Group Boudah/Foto: Rohulnews.com |
A. PENCAK SILAT
Pencak silat salah satu seni bela diri yang dimiliki oleh masyarakat Kepenuhan dari dahulu hingga kini. Pada zaman dahulu, pencak silat dipergunakan untuk pertahanan diri dari relawan penjajahan, karena semakin tinggi ilmu ini dikuasai maka orang yang memilikinya lebih dihormati dan disegani. Seni pencak silat daerah ini lebih cenderung pada gerakan fisik yang diiringi dengan tenaga dalam yang mendatangkan sumber tenaga.
Pada saat ini hampir seluruh penduduk Kepenuhan memiliki dasar-dasar ilmu bela diri pencak silat, karena banyak dibuka berbagai tempat untuk menempa ilmu ini. Lebih khususnya pada bulan puasa, setelah melaksanakan sholat tarawih dan witir maka terlihat para pemuda berbondong-bondong menempa diri sebagai prisai diri.
Ada beberapa tingkatan atau tahapan yang harus dilewati orang yang memiliki ilmu seni pencak silat ini yaitu sebagai berikut:
a. Tahap awal adalah pondasi atau dasar persilatan.
Tahap ini dimulai dengan menyampaikan maksud dan tujuan kepada sang guru silat atau dalam bahasa Kepenuhan di sebut dengan monyoahkan diri (menyerahkan diri). Maksudnya adalah menyerahkan diri kepada sang guru untuk dapat diterima dalam perguruan yang dimaksud.
Penyerahan diri sekaligus pembersihan diri adalah dengan niatan menuntut ilmu persilatan hanya karena Allah, bukan karena yang lain. Ini ada kaitannya dengan aktivitas gerakan yang akan diajarkan oleh sang guru.
b. Tahap kedua adalah mengambil bangkik (mengambil tenaga dalam) dengan berbagai persyaratan yang telah ditentukan.
c. Tahap akhir adalah mengambil tamal. Ini adalah tingkatan paling tinggi dalam perguruan.
Pada saat ini, seni bela diri pencak silat, sering ditampilkan dimuka umum, bukan berarti untuk menunjuk keangkuhan atau kebanggaan akan ilmu yang dimliikinya, tapi lebih pada rnemperlihatkan seni gerakan yang dirniliki. Penampilan sni bela diri ini dapat disaksikan pada acara-acara adat, seperti pernikahan, perlimauan, penyambutan tamu kehormatan, dan kegitan lainnya yang masih berhubungan dengan adat.
Mereka yang memiliki kepandaian pencak silat, seperti memakai ilmu padi, semakin benisi semakin merunduk. Mereka tidak angkuh dan sombong, malahan menyarankan kepada masyarakatnya untuk selalu memiliki kemampuan, apalagi ilmu tenaga dalam, tidak semua orang mampu mengusainya.
Keberadaan pencak silat sudah menjadi pakaian keseharian dari masyarakat Kepenuhan Dasarnya adalah agama Islam yang mereka anut. Dengan dasar agama inilah masyarakat Kepenuhan menjadikan kemampuan bela diri ini sebagai alat untuk mempertahan diri.
B. MAULUD / BODIKIE
Keatan maulud atau bodikie ditampilkn pada acara pernikalian, atau moncukua (pemberian nama). Isi kegiatan maulud lebih didefenisikan sebagai pemujian terhadap keagungan Rasulullah SAW. Maulud dibawakan oleh lima atau enam orang. Yang sangat dibutuhkan di sini adalah suara dan kekompakan. Karena maulud tanpa diringi alat musik akan terjadi suara sumbang, maka antara musik yang dilantunkan dengan suara yang mengiringinya adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Waktu yang tepat atau menurut adat patut ditampilkan adalah pada malam hari. Kegiatan maulud memakan waktu yang lama, bahkan sampai pada pagi hari. Kepiawaian akan ilmu ini hanya dimiliki beberapa orang. Oleh karenanya, jika tidak diantisipasi dari sekarang, maka suatu ketika ilmu maulud atau bodikie akan hilang ditelan waktu.
Dari hasil pemantauan di lapangan, sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Datuk dan Mamak Adat, dimana mereka bertanggungjawab atas kelestarian budaya ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengadakan pelatihan atau pengkaderan secara rutin kepada anak kemenakan di Luhak Kepenuhan.
Upaya tersebut tentu tidak dilakukan secara formal saja, namun lebih menitik beratkan kemampuan individu dan kekompakan dalam satu tim. Hal ini dikarenakan kekuatan dan kegiatan maulid atau bodikie ini adalah keterpaduan antara suara dari gondang yang dialunkan.
C. BOUDAH (BERDAH)
Boudah adalah bahasa yang paling akrab di masyarakat kepenuhan dalam mengatakan kesenian berdah. Karena kesenian yang satu ini juga menghandalkan suara lantang dan bagus dengan diiringi dengan alat musik yaitu bobano (gendang mirip dengan kompang di Melayu Kepulauan). Pemainnya bisa mencapai enam atau delapan orang yang kesemuanya memegang bobano dan salalu aktif memukulnya mengikuti syair yang dibacakan. Pergelaran boudah ini dapat disaksikan pada acara pernikahan, moncukua, dan pada acara adat lainnya. Inti dari bacaan syairnya adalah penyanjungan terhadap Rasulullah SAW, atau boleh dikatakan bercerita dalam menggunakan bahasa Arab dengan menggunakan irama tersendiri.
D. BOKOBA
Bokoba adalah kesenian lainnya yang ada di Luhak Kepenuhan. Pemainnya hanya satu orang yang diiringi oleh alat musik sebuah babano sebagai penyedap dan lantunan yang dibunyikan. Pertunjukan kesenian ini dapat dilakukan kapan saja. Inti dari bokoba ini adalah melantunkan cerita rakyat dari berbagai persoalan kehidupan, apakah ekonomi, politik, budaya, sampai terkait dengan masalah percintaan atau jalinan kasih antara muda mudi.
Ceritanya sangat enak didengar serta bermanfaat jika disimak lantunannya. Berbagai kisah dalam ceritanya juga banyak mengundang tawa dan bermuatan nasehat atau pesan-pesan yang sangat bermanfaat. Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa asli orang Kepenuhan.
Sampai saat ini mereka yang dapat melakukan bokoba ini sangat langka. Oleh karenanya, sulit dicari siapa yang akan meneruskan dan kesenian yang elok in Jika hal mi tidak diantisipasi secara dini maka akan musnahlah kesenian yang dibanggakan oleh masyarakat Kepenuhan ini.
Harus diakui memang, kemampuan untuk bokoba tampaknya tidak bisa diajarkan atau di pelajari oleh sembarang orang. Orang yang dapat menguasai bokaba ini sepertinya didukung adanya suatu kekuatan yang datang dengan sendirinya kepada seseorang untuk melakukannya. Ini terlihat dari mereka yang sudah memiliki kemampuan bokoba.
E. OGONG (GONDANG BOROGONG)
Ogong atau gong menurut orang Kepenuhan merupa suatu alat atau jenis kesenian yang memiliki keahlian tersendiri bagi mereka yang memainkannya. Para pemainnya terdiri dari lima orang yang terbagi dalam tiga alat musik yang dimainkan, yaitu satu orang pada gong, dua orang pada gendang atau gondang dan dua orang pada celempong (talempong).
Alat musik ini juga dimainkan oleh wanita, tapi pada umumnya yang memainkan alat calempong. Hal ini dikarenakan, untuk dapat memainkan alat musik ini seseorang harus memiliki ketekunan serta kemampuan tersendiri untuk memainkannya. Alat musik ogong dimainkan untuk menginingi pencak silat. Kesenian Kepenuhan ini juga ditampilkan pada acara pernikahan atau pada acara adat lainnya.