- Selamat datang di website resmi Luhak Kepenuhan, Negeri BERADAT -                                                                                                                         - Adat bersendikan Syarak, Syarak bersendikan Kitabullah -                                                                                                                        -Adat Luhak Kepenuhan mengucapkan: Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H... Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. -                                                                                                                        - Website ini masih dalam proses pelengkapan data (by: admin)-

Potatah Potitih Adat Luhak Kepenuhan

  • Diposting oleh Unknown
  • di Jumat, Agustus 23, 2013 -

Potatah Potitih
Adat Luhak Kepenuhan 

Penulis
Ismail Hamkaz


Adat bosondikan syara', syara' bosondikan Kitabullah (agamo)
(Adat bersendikan syara', syara' bersendikan Kitabullah)
Penjelasan:
Adat merupakan suatu kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan sudah menjadi aturan dan pedoman masyarakat dipogang pakai, namun demikian ada ketentuan-ketentuan yang tak tertulis dalam masyarakat dan bersifat mengikat menjadikan masyarakat adat dapat berjalan sebagai tuntunan kehidupan. Ditambah lagi tuntunan itu dibarengi dengan Islam (Penduduk Luhak Kepenuhan adalah Muslim), dan Islam berpegang pada Kitabullah dan Sunnatullah sebagai pandangan hidup dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Keberadaan adat ini tidak lepas dari ajaran Islam dan ini terbukti bahwa Islam dengan dasarnya Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW, menjadikan adat semakin kokoh dan permanen.

Adat toluk timbunan kappa
(Adat teluk timbunan mutiara)
Penjelasan: 
Semua urusan harus diterima dengan lapang dada atau seseorang pejabat dan pelaksana adat harus menahan diri dari masalah yang dihadapi, memiliki jiwa kepemimpinan, dapat mengayomi dan membawa perubahan yang positif kepada anak kemenakan. Panutan kepemimpinan seperti inilah yang harus menjadi pondasi dalam mengambil keputusan dan dapat pula menerima keputusan dengan hati terbuka, sehingga adat yang halus bahasa ini dipogang pakai, tidak saja berlaku pada masyarakat adat namun dapat pula diperlakukan kepada mereka yang belum tersentuh oleh kehalusan adat ini, sehingga semua elemen menjadikan adat sebagai panutan sebagaimana yang diajarkan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW.

Adat unciang pusako tajam, digayak layu, diubah mati, disalai botuneh
(Adat runcing pusaka tajam, diinjak layu, diubah mati, disalai bertunas)

Adat yang inok lokang oleh paneh dan inok lapuk oleh hujan
(Adat yang tak lekang oleh panas dan tak lekang oleh hujan)
Penjelasan: 
Bahwa keberadaan adat dapat memberikan banyak jalan keluar apapun persoalan yang melanda dan terjadi dalam masyarakat, semuanya ada jawaban atau solusi yang akan dijalankan, dan dalam kondisi apapun. Dan adat tidak dengan sendirinya dapat berubah namun ia memiliki kehalusan. Dengan adanya adat dapat memberikan tuntunan yang baik oleh masyarakat adat. Itu makanya adat tidak dapat lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan.

Amik ayie mandikan di-i
(Ambil air mandikan diri)
Penjelasan:
Seseorang yang berbuat untuk membesarkan dirinya. Semestinya dilaksanakan oleh orang lain. Sikap yang ditunjukkan ini tidak patut ditiru, karena yang diperbesarkan hanyalah dirinya sendiri, yang seharusnya itu dikerjakan oleh orang lain. Atau bahasa sekarang mengambil perhatian orang alias MPO. Orang yang seperti ini seharusnya banyak belajar dari kebiasaan adatnya sendiri di Luhak Kepenuhan atau dalam pengertian lain mampu melihat situasi dan kondisi kapan seharusnya berprilaku. Jangan terjadi ketimpangan dan keganjilan berprilaku, dalam bahasa kesehariannya dapat disebut dengan salah poncoluan.

Angek bak loka
(Panas seperti tempat duduk periuk)
Penjelasan:
Suatu sikap atau sifat yang menunjukkan tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu perbuatan dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketergesaan tersebut tidak menunjukkan etika yang baik di mata masyarakat adat semuanya serba cepat, baik tingkah laku (dalam bahasa Kepenuhan agak ongeh) maupun ucapan (dalam bahasa Kepenuhan uang yang suku bocomidau), tetapi tidak terarah apa yang diucapkannya.


Api dalam sokam
                                                              (Api dalam sekam)
Penjelasan:
Sokam atau dalam bahasa Indonesianya yaitu bekas serpihan dari ketaman kayu yang tertimbun banyak kemudian dibakar. Dalam proses inilah serpihan ketaman kayu tadi tidak menunjukkan hasil pembakaran yang cepat namun secara berlahan-lahan api terus menyala dalam kuruan waktu yang lama, inilah yang dimaksud dengan potatah potitih di atas yaitu orang yang memiliki dendam tidak berkesudahan atau dendam kesumat. Hendaknya sifat ini harus dihindari dan diperangi untuk menciptakan suatu negeri yang baldatun warabbul ghofur dan mendapat hidayah dari Allah SWT.
 
                                           Ati kuman samo dicocah, ati gajah samo dilapah
                                       (Hati kuman sama dicicipi, hati gajah sama dibagikan)
Penjelasan:
Jika mendapat rezeki atau pendapatan lainnya, maka jika ia sedikit samasama dicicipi dan jika banyak hasil yang didapatkan sama-sama dibagi, kebersamaan dan memiliki sifat sosial yang dijunjung tinggi, sifat seperti inilah yang sebaiknya ditunjukkan dan dipraktekkan dalam masyarakat adat.

                                         Ateh anyuik-anyuik bungo, di bawah mooteh boban
                                 (Atas hanyut-hanyut bunga, di bawah meretas/memutus beban)
Penjelasan:
Seseorang yang nampaknya tenang dan seperti tidak ada daya upaya yang diharapkan. Tetapi kenyataan bila ia bertindak dan melakukan sesuatu ternyata tegas, tepat, lagi berhasil mirip dengan maksud air tenang bisa menghanyutkan.

                                                        Ayam boinduk, so-ai boumpun
                                                       (Ayam berinduk, serai berumpun
Penjelasan: 
Tiap-tiap kelompok masyarakat itu ada pemimpinnya. Sebagai contoh, dalam bidang boladang (berladang) tentunya ada bentuk banya (banjar). Banjar di sini ialah beberapa orang membuka perladangan padi pada suatu areal dan telah ada kelompok kecil dan memiliki pimpinan. Jika Terjadi sesuatu hal, jangan bertindak langsung dan hubungilah pimpinannya. Atau juga memiliki makna bahwa setiap anak kemenakan, tentu ada pula ninik mamaknya sebagai tempat berpayung dalam menyelesaikan perkara adat.)

Ayie dalam monyompuik patin
(Air pasang menjemput patin)
Penjelasan:
Patin adalah sejenis ikan yang terkenal gurih/enak di sungai Siak-Rokan- Inderagiri dan lain-lain. Begitu daya tariknya sampai-sampai dijadikan peribahasa. Maksudnya suatu keadaan atau usaha yang pada mulanya tidak menguntungkan, tetapi pada akhirnya mendatangkan laba. Memang apabila air dalam apalagi banjir, tentu menimbulkan kerugian, seperti rusaknya tanam-tanaman dan sebagainya. Tetapi justru air dalam, maka ikan patin main. Pada waktu itulah kesempatan panen ikan patin. Kejadian ini dahulunya sering terjadi ikan patin main, artinya kesempatan masyarakat untuk menangkap dengan menggunakan perlengkapan yang sesuai dengan ikan patin tersebut. Sampai pada tahun akhir 90-an untuk ikan patin main ini sering terjadi, sedangkan untuk saat ini sudah jarang sekali terjadi oleh karena terjadi perubahan geografis yang sangat cepat, perubahan ini pula yang mengakibatkan jarang sekali dapat menikmati rasa ikan patin yang betul-betul alami dan gurih.

Ayie diconcang ino putuih
(Air dicencang tidak putus)
Penjelasan: 
Diartikan kepada seseorang yang sangat erat rasa persaudaraannya, apapun hambatan dan rintangan atau apapun namanya sekali bersaudara tetap bersaudara. Bahwa persaudaraan tidak dapat diputuskan, di potatah potitih ini diibaratkan air yang dicencang dengan apapun, pisau, tombak, tembakan dan lain sebagainya namun ia menyatu juga. Begitu pula dengan tali silaturahmi harus selalu dijalin dan dilakukan, baik waktu lebaran maupun waktu lainnya, tentunya disesuaikan dengan keadaan yang ada.

Ayie digongam ino mo-ocik
(Air digenggam tidak keluar dari tangan)
Penjelasan: 
Seseorang yang kikir, tidak mau membagikan perolehannya, apapun yang ia dapatkan. Air dalam genggamanpun tidak dapat keluar dari jari jemarinya, secara akal sehat apapun keberadaan air di dalam genggaman akan keluar bagaimanapun caranya air tersebut akan keluar, tetapi sebaliknya bagi mereka yang kikir tidak dapat mengeluarkan apapun. Inilah yang dimaksud dengan potatah potitih ini.

Ayie tonang moayuikkan
(Air tenang menghanyutkan)
Penjelasan:
Suatu sikap yang sulit ditebak siapapun oleh perbuatannya, namun pada sisi lain kadang sebagian masyarakat juga mengetahui (sudah lama dalam pergaulan masyarakat) bahwa seseorang itu juga memiliki sifat yang sudah dapat terbaca oleh perbuatan sebelumnya. Boleh juga dikatakan suatu sifat yang tidak terlalu tergesa-tesa atau tergopoh-gopoh dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dengan menggunakan potatah potitih ini dapat memberikan arti yang sangat positif dalam bertindak dan berprilaku.

Ayie sungai tu inok akan jonih, apobilo di hulunyo kouh
(Air sungai itu tidak akan jernih, apabila di hulunya kotor)
Penjelasan:
Apabila pihak atasan atau yang lebih tinggi jabatannya berbuat serong/ kotor atau korupsi, jangan diharap bawahannya akan dapat mempertahankan kejujuran. seperti sudah terkenal ada koruptor, tentu pembersihannya harus dimulai dari atas. Orang tempo dulu memberi pengertian, bahwa yang menangkap tikus tidak mungkin tikus, tetapi mesti dengan menggunakan kucing.

Awan-awan tumuh di awan, tumuh di batang sulugui, dalam kawan lai lawan, lobih baik botenggek di-i soni-i
(Awan-awan tumbuh di awan, tumbuh di batang seliguri, dalam kawan ada lawan, lebih baik berdiri sendiri)
Penjelasan:
Waspadalah terhadap kawan, karena di dalan kawan pasti ada lawan, lebih baik berwas-was diri sebelum terjadi sesuatu. Dalam daratan ini diperlukan rasa ukhuwah islamiyah, bahwa sadar kita adalah bersaudara untuk saling menasehati dan mengingatkan, bukan menjatuhkan.

Bagaikan ayie di ateh daun koladi
(Bagaikan air di atas daun keladi)
Penjelasan:
Seseorang yang memiliki sifat yang tidak baik, dalam hal ini lincie (licin), suatu sifat yang ingin menang sendiri dan tidak mau menerima pendapat orang lain atau berbagi.

Bagaikan awa dengan tobiang
(Bagaikan bambu dengan tebing)
Penjelasan:
Persatuan yang erat, saling membutuhkan dan saling membantu, bahwa persatuan dan kesatuan itu yang selalu dijunjung tinggi dan dikembang kepada seluruh elemen masyarakat, dan menjalankan aktivitas disesuaikan dengan tugas dan fungsi kita masing-masing, sehingga dengan dengan demikian akan menjadikan kita kokoh dan tidak dapat dipecah belah oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Bagaikan ijuk di tongah umah, sokali ko naun sokali ko mai
(Bagaikan ijuk di tengah rumah, sekali ke sana sekali ke mari)
Penjelasan:
Dalam adat saling memikirkan atas kebaikan orang lain, dengan melihat sekeliling dan lingkungan di mana berada, dengan demikian akan menciptakan suatu tatanan masyarakat yang selalu menjadikan kebaikan sebagai proses dalam bertindak dan berbuat. Jika demikianlah terjadi dapat dirasakan suatu tatanan masyarakat yang membumi.

Bagaikan kamiang dikulit iduik-iduik
(Bagaikan kambing dikulit hidup-hidup)
Penjelasan:
Seseorang yang sulit mendapatkan pekerjaan dalam hidupnya, telah banyak daya upaya yang dilakukan namun tidak mau berkembang dan tidak mendapatkan hasil yang direncanakan. Namun tetap selalu berusaha dan bekerja, tanpa mengenal keluh kesah dan bersedih dengan keadaan yang ada.

Bagaikan katak dalam tompu-ong (Bagaikan katak dalam tempurung)
Bagaikan kunyik boti kapua (Seperti kunyit dikasih kapur)
Penjelasan:
Ada penyakit pasti ada obatnya, dan segala sesuatu yang terjadi atau perkara pasti ada jalan keluarnya serta dapat disembuhkan atau diselesaikan dengan cepat dan tepat serta berguna.

Bagaikan molempa kosik ko buluh
(Bagaikan melempar pasir ke buluh)
Penjelasan:
Memberikan nasehat kepada orang yang binga (orang yang nakal) bagaimanapun cara dan jenis nasehat yang diberikan kepada yang bersangkutan namun orang tersebut tidak akan mau mendengarkannya.Ini sesungguhnya membutuhkan waktu dan kesabaran yang lama, di mana mereka yang tergolong dalam potatah potitih ini dapat menyadari akan keberadaan diri dalam mengembangkan prilaku yang positif.

Bagaikan momanyik batang pisang (Bagaikan memanjat batang pisang)
Bagaikan monatiang minyak ponuh (Bagaikan membawa minyak penuh)
Penjelasan:
Selalu menjaga hati tetap bersih walaupun banyak halangan dan rintangan serta cobaan yang diterima dalam hidup ini. Monatiang minyak ponuh, bagaimana masalah yang dihadapi itu dapat diselesaikan dengan jiwa yag bersih dan pikiran yang jernih.

Bagaikan monaik amuik dalam topong, amuik ditaik jangan putuih, topong jangan toseak
(Bagaikan menarik rambut dalam tepung, rambut yang ditarik tidak putus dan tepung tersebut jangan berserakan)
Penjelasan:
Dalam menyelesaikan suatu persoalan atau masalah dalam masyarakat dan anak kemenakan, antara satu dengan yang lainnya tidak dirugikan. Sikap adil diperlukan pada potatah potitih ini, karena bagaimanapun untuk menarik rambut dalam tepung itu tidak putus dan tepungnya tidak ada bekas sama sekali, sungguh-sungguh kebijaksaan yang sangat untuk mendapatkan hasil yang baik.

Bagaikan mengadok suluh dicucukkan ko ayie
(Bagaikan suluh ditancapkan ke air)
Penjelasan:
Ada anak kemenakan memiliki masalah dan masalah tersebut diselesaikan oleh mamak atau induk dengan sangat bijak, namun hasil dan kebijakan mamak atau induk tadi tidak dapat diterima oleh anak kemenakan.

Bersambung...... "maklum masih dalam proses editing" he he he
Penulis: Mamak Sutan Kayo Muah (Ismail Hamkaz)
editing: (zb)


Author

Ismail, S.Ag, M.Si

Seluruh kontent dan artiket di website ini dilindungi oleh Undang-Undang, Dilarang mongcopy atau memperbanyak tanpa izin pemeggang hak cipta.