Bopangko adalah suatu sebutan yang dilantunkan oleh ucapan untuk memberikan suatu penghormatan kepada yang lebih tua, sebaya atau kepada yang paling kecil untuk menunjukkan sikap sopan santun dan pribahasa dalam keseharian di Kepenuhan dan dalam adat Luhak Kepenuhan.
Hal ini menurut pandangan penulis merupakan sikap dan tingkah laku yang anggun, seperti yang di lontarkan oleh Raja Ali Haji dalam Gurindam 12 pasal V berbunyi : Jika ingin lihat suatu bangsa, lihatlah kepada budi bahasa. Begitu pula hendak yang teriadi di luhak Kepenuhan, apalagi pada saat para penduduk yang baru datang sebagai trasmigrasi atau sebagai tenaga kerja di beberapa perusahaan di Luhak Kepenuhan.
Keheterogenan ini harus cepat diantisipasi sedini mungkin dan ditambah lagi dengan dunia yang semakin global membuat kekerabata dan kekeluargaan mulai merenggang dalam keseharian, salah satunya mengantisipasi nya adalah dengan bepangko ini. Jika kita baca pada Bab V pada poin 3 yaitu tentang adat nan sejati yang dimulai dengan Jojo, kaum, adat, basa-basi dan agama, mengajarkan akan petingnya saling kenal satu dengan yang lain, kenal bukan saja berkenalan saja tapi tahu sampai pada islsilah kekeluargaan masing-masing, karena dengan demikian akan menentukan adanya hubungan atau tidak dan harus berpangko dengan panggilan apa dalam kesehanannya.
Dengan demikian lahir panggiian-panggilan dalam adat Luhak Kepenuhan yaitu:
1. Uci
Uci merupakan panggilan tertua dari Luhak Kepenuhan karena sepengetahuan penulis sampai disinilah batas akhir kita memanggil diatas uci biasanya kita memanggil ninik munyang yang tidak bisa diartikan lagi. Uci ini berlaku untuk kita memanggil ibu/ayah dan unyang kita.
2. Uyang
Unyang merupakan panggilan kepada ayah/ibu dan datuk /nenek kita
3. Atuk
Merupakan panggilan kepada ayah dan ayah/ibu kita atau datuk dalam bahasa Indonesianya. Selain itu juga kepada orang laki-laki yang sudah tua
4. Uwak/Uwan
Merupakan panggilan kepada ibu dan ayah/ibu kita, selain itu juga ada uwan. Juga kepada orang yang sudah tua yang ada dikampung biasanya dipanggil uwak
5. Ayah/Abah
Ayah merupakan panggilan kepada orang tua laki-laki kita, selain itu juga ada abah
6. Omak/Amai
Omak merupakan panggilan kepada orang tua perempuan kita, selain itu juga ada amai dan juga umi
7. Pak/Apak
Biasanya merupakan panggilan kepada saudara laki-laki dan ayah kita. Baik itu yang seayah seibu maupun saudara tin. Dalam panggilan mi bervariasi ada yang memanggil, pak long, pak ngah pak cik, pak tih dan lain sebagainya.
8. Mamak
Panggilan kepada saudara laki-laki dan ibu kita baik yang tua dan ibu maupun yang muda, biasanya akan mengikuti. Kalau yang tua biasanya dipanggil mak long atau mak ngah kalau dibawah biasanya mak lang, mak udo atau mak uncu. Sedangkan kepada itrinya kita memanggil acik, dan juga ada yang memanggil montuo dan lain sebagainya.
9. Ulong
Ini merupakan panggilan lazim dibeberapa luhak yang ada di Sungai Rokan mi. Ulong biasa diucapkan bila kita menegur saudara kandung laki-laki yang paling tua dengan aal kata sulung. Selain itu kata ulong juga udah lazim diucapkan kepada orang laki-laki yang kita anggap tua sedikit umurnya dan kita.
10. Uwo
Zaman dahulu biasa dipanggil kepada saudara perempuan kita yang paling tua, akan tetapi pada saat sekarang ada juga dipakai untuk memanggil saudara laki-laki dibawah ulong.
11. Ongah
Dahulu juga digunakan untuk memanggil saudara perempuan dibawah uwo, akan tetapi beberapa luhak dan di Kepenuhan juga mulai mengalami pergeseran dan sekarang hanyak digunakan untuk memanggil suami dan kakak perempuan atau ipar laki-laki.
12. Alang
Panggilan kepada saudara laki-laki dibawah ulong
13. Udo
Panggilan kepada saudara laki-laki atau saudara perempuan dibawah alang atau dibawah ongah.
14. Andak
Panggilan ini saat sekarang sudah sulit ditemukan, akan tetapi dahulu biasanya digunakan untuk memanggil saudara laki-laki dibawah udo.
15. Ocu
Biasanya memanggil saudara laki-laki atau perempuan yang paling bawah dari susunan keluarga.
16. Uni
Panggilan ini baru diapakai di Luhak Kepenuhan ini, ini dipakai untuk Saudara perempuan
17. Kakak
Juga dipakai untuk saudara perempuan yang agak tua atau juga kepada orang yang umurnya sedikit lebih tua dan kita
18. Abang
Biasanya dipakai untuk memanggil teman laki-laki yang sebaya atau umurnya tak jauh berkisar dari usia kita. Lazim juga dipakai untuk memanggil anak laki-laki yang tidak kita kenal namanya tapi kita tau orangnya.
19. Diang
Biasanya dipakai untuk memanggil teman perempuan yang sebaya atau umurnya tak jauh berkisar dan usia kita. Lazim juga dipakai untuk memanggil anak perempuan yang tidak kita kenal namanya tapi kita tahu orangnya
20. Nakan
Biasanya dipakai oleh mamak mau memanggil anak dan saudara perempuannya. Lebih tepatnya kita gunakan untuk panggilan sayang kepada anak dan saudara perempuan kita
21. Paja
Paja biasa digunakan untuk memanggil anak-anak yang rnasih jauh dibawah umur baik laki-laki maupun perempuan. Pemanggilan paja ini biasanya diikuti dengan kata haluih (paja haluih) atau dengan arti kata anak kecil. Pangilan paja juga biasa dipakai untuk memanggil orang dalam keadaan marah Sebagai contoh kita marah kepada orang yang sedang bersepeda karena menyenggol kita, maka kita berujar: Padek teh kuwang haja paja tu!!! (kurang hajar sekali orang itu). Padahal orang yang kita panggil paja tadi sudah agak tua atau lebih tua dan kita.
Demikianlah tata cara memanggil orang atau saudara yang telah diatur oleh adat dan kebiasaan di Luhak Kepenuhan ini. Sungguh sebuah nilai estetika yang harus tetap kita lestarikan sebagai budaya bangsa.
Hal ini menurut pandangan penulis merupakan sikap dan tingkah laku yang anggun, seperti yang di lontarkan oleh Raja Ali Haji dalam Gurindam 12 pasal V berbunyi : Jika ingin lihat suatu bangsa, lihatlah kepada budi bahasa. Begitu pula hendak yang teriadi di luhak Kepenuhan, apalagi pada saat para penduduk yang baru datang sebagai trasmigrasi atau sebagai tenaga kerja di beberapa perusahaan di Luhak Kepenuhan.
Keheterogenan ini harus cepat diantisipasi sedini mungkin dan ditambah lagi dengan dunia yang semakin global membuat kekerabata dan kekeluargaan mulai merenggang dalam keseharian, salah satunya mengantisipasi nya adalah dengan bepangko ini. Jika kita baca pada Bab V pada poin 3 yaitu tentang adat nan sejati yang dimulai dengan Jojo, kaum, adat, basa-basi dan agama, mengajarkan akan petingnya saling kenal satu dengan yang lain, kenal bukan saja berkenalan saja tapi tahu sampai pada islsilah kekeluargaan masing-masing, karena dengan demikian akan menentukan adanya hubungan atau tidak dan harus berpangko dengan panggilan apa dalam kesehanannya.
Dengan demikian lahir panggiian-panggilan dalam adat Luhak Kepenuhan yaitu:
1. Uci
Uci merupakan panggilan tertua dari Luhak Kepenuhan karena sepengetahuan penulis sampai disinilah batas akhir kita memanggil diatas uci biasanya kita memanggil ninik munyang yang tidak bisa diartikan lagi. Uci ini berlaku untuk kita memanggil ibu/ayah dan unyang kita.
2. Uyang
Unyang merupakan panggilan kepada ayah/ibu dan datuk /nenek kita
3. Atuk
Merupakan panggilan kepada ayah dan ayah/ibu kita atau datuk dalam bahasa Indonesianya. Selain itu juga kepada orang laki-laki yang sudah tua
4. Uwak/Uwan
Merupakan panggilan kepada ibu dan ayah/ibu kita, selain itu juga ada uwan. Juga kepada orang yang sudah tua yang ada dikampung biasanya dipanggil uwak
5. Ayah/Abah
Ayah merupakan panggilan kepada orang tua laki-laki kita, selain itu juga ada abah
6. Omak/Amai
Omak merupakan panggilan kepada orang tua perempuan kita, selain itu juga ada amai dan juga umi
7. Pak/Apak
Biasanya merupakan panggilan kepada saudara laki-laki dan ayah kita. Baik itu yang seayah seibu maupun saudara tin. Dalam panggilan mi bervariasi ada yang memanggil, pak long, pak ngah pak cik, pak tih dan lain sebagainya.
8. Mamak
Panggilan kepada saudara laki-laki dan ibu kita baik yang tua dan ibu maupun yang muda, biasanya akan mengikuti. Kalau yang tua biasanya dipanggil mak long atau mak ngah kalau dibawah biasanya mak lang, mak udo atau mak uncu. Sedangkan kepada itrinya kita memanggil acik, dan juga ada yang memanggil montuo dan lain sebagainya.
9. Ulong
Ini merupakan panggilan lazim dibeberapa luhak yang ada di Sungai Rokan mi. Ulong biasa diucapkan bila kita menegur saudara kandung laki-laki yang paling tua dengan aal kata sulung. Selain itu kata ulong juga udah lazim diucapkan kepada orang laki-laki yang kita anggap tua sedikit umurnya dan kita.
10. Uwo
Zaman dahulu biasa dipanggil kepada saudara perempuan kita yang paling tua, akan tetapi pada saat sekarang ada juga dipakai untuk memanggil saudara laki-laki dibawah ulong.
11. Ongah
Dahulu juga digunakan untuk memanggil saudara perempuan dibawah uwo, akan tetapi beberapa luhak dan di Kepenuhan juga mulai mengalami pergeseran dan sekarang hanyak digunakan untuk memanggil suami dan kakak perempuan atau ipar laki-laki.
12. Alang
Panggilan kepada saudara laki-laki dibawah ulong
13. Udo
Panggilan kepada saudara laki-laki atau saudara perempuan dibawah alang atau dibawah ongah.
14. Andak
Panggilan ini saat sekarang sudah sulit ditemukan, akan tetapi dahulu biasanya digunakan untuk memanggil saudara laki-laki dibawah udo.
15. Ocu
Biasanya memanggil saudara laki-laki atau perempuan yang paling bawah dari susunan keluarga.
16. Uni
Panggilan ini baru diapakai di Luhak Kepenuhan ini, ini dipakai untuk Saudara perempuan
17. Kakak
Juga dipakai untuk saudara perempuan yang agak tua atau juga kepada orang yang umurnya sedikit lebih tua dan kita
18. Abang
Biasanya dipakai untuk memanggil teman laki-laki yang sebaya atau umurnya tak jauh berkisar dari usia kita. Lazim juga dipakai untuk memanggil anak laki-laki yang tidak kita kenal namanya tapi kita tau orangnya.
19. Diang
Biasanya dipakai untuk memanggil teman perempuan yang sebaya atau umurnya tak jauh berkisar dan usia kita. Lazim juga dipakai untuk memanggil anak perempuan yang tidak kita kenal namanya tapi kita tahu orangnya
20. Nakan
Biasanya dipakai oleh mamak mau memanggil anak dan saudara perempuannya. Lebih tepatnya kita gunakan untuk panggilan sayang kepada anak dan saudara perempuan kita
21. Paja
Paja biasa digunakan untuk memanggil anak-anak yang rnasih jauh dibawah umur baik laki-laki maupun perempuan. Pemanggilan paja ini biasanya diikuti dengan kata haluih (paja haluih) atau dengan arti kata anak kecil. Pangilan paja juga biasa dipakai untuk memanggil orang dalam keadaan marah Sebagai contoh kita marah kepada orang yang sedang bersepeda karena menyenggol kita, maka kita berujar: Padek teh kuwang haja paja tu!!! (kurang hajar sekali orang itu). Padahal orang yang kita panggil paja tadi sudah agak tua atau lebih tua dan kita.
Demikianlah tata cara memanggil orang atau saudara yang telah diatur oleh adat dan kebiasaan di Luhak Kepenuhan ini. Sungguh sebuah nilai estetika yang harus tetap kita lestarikan sebagai budaya bangsa.